Salah satu ciri khas
rumah adat Melayu Riau adalah atapnya yang bersilangan disebut Selembayung, atau Selo Bayung atau Tanduk Buang yang memiliki
makna dalam tentang pendekatan diri terhadap Tuhan yang maha Esa,
sebagian budayawan berpendapat bahwa bentuk tersebut terinspirasi dari
bentuk tangan ketika berdoa.
Rumah adat Melayu Riau terdiri dari beberapa ruangan seperti :
- Ruangan Besar
- Kamar-kamar tidur
- Ruang bersila
- Anjungan
- Balai pertemuan/ Selasar (bagi rumah pemuka adat) yang dalam bahasa Melayu disebut Selaso
Rumah
Adat Melayu Riau Selaso Jatuh Kembar saat ini lebih banyak digunakan
sebagai Balai Pertemuan, oleh karna itu tidak lagi dapat dikategorikan
sebagai rumah tinggal. Bangunan ini memiliki ciri khas Selasar yang
lebih rendah dibandingkan ruang tengah sebagai tempat berkumpul sehingga
mendapatkan julukan Selasar yang jatuh (turun), selain itu setiap
komponen arsitektural bangunan rumah adat Melayu Riau memiliki nilai
yang lebih dari sekedar komponen bangunan saja, tetapi juga memiliki
arti dan filosofi yang mendalam. Komponen yang dimiliki oleh rumah adat
Melayu Riau terdiri dari :
1. AtapAtap
rumah adat Melayu Riau terdiri dari silangan pada perabung (ujung atap)
dan kaki atap, dua bagian ini melengkung ke atas, namun lengkungan
ujung perabung harus selalu lebih kuat dibandingkan kaki atap. Hiasan
pada perabung atap disebut Sulo Bayung (Selembayung) dan kaki atap
disebut Sayok Layangan. Sulo Bayung memiliki arti yang mendalam tentang
hubungan manusia dan penciptanya, manusia yang mengarungi kehidupan
mengalami berbagai cobaan yang kadang menghanyutkan dan dapat membawa
manusia kedalam lembah yang kelam, bentuk atap menyerukan kepada
pemiliknya agar tidak melupakan ibadah sehingga pada akhir kehidupannya
dapat kembali kepada penciptanya dalam keadaan yang suci. Sayok Layangan
biasanya memiliki berbagai jenis ornamen, salah satunya adalah bulan
sabit yang bermakna memberikan penerangan, penerangan ini diharapkan
dapat menyinari seisi rumah dalam berbagai aspek kehidupan yang
dijalaninya.
Material atap yang dahulu digunakan oleh masyarakat
Melayu Riau adalah daun Rumbia yang di ikatkan pada tulang atap
menggunakan tali dari rotan, sedangkan perabung yang berat dipasak pada
atap dengan menggunakan nibung. Material ini merupakan material yang
mudah didapatkan di daerah Riau, dengan penggunaan material ini membuat
rumah penduduk terhindar dari sengatan panasnya matahari yang biasa di
alami oleh Masyarakat Melayu Riau karna secara geografis Riau terletak
tepat pada garis katulistiwa, berbeda dengan atap seng atau genteng yang
digunakan oleh masyarakat pada saat ini.
2. Loteng (ruangan pada langit-langit)Loteng
pada rumah adat Melayu Riau terdiri dari 2 jenis, secara keseluruhan
disebut Langsa dan pada bagian dapur disebut Paran. Tidak semua bagian
rumah adat Melayu Riau diberi loteng, pada ruang tamu disebagian rumah
dibiarkan terbuka yang bertujuan jika suatu saat ada pernikahan, ruangan
tersebut dapat diletakkan pelaminan. Loteng pada dasarnya seperti
rumah-rumah di Eropa yang memiliki ruangan pada bagian atapnya, pada
rumah adat Melayu Riau ruangan ini digunakan pada saat-saat tertentu
seperti sebelum pernikahan sebagai tempat memingit wanita yang akan
dinikahkan, Loteng digunakan untuk mengintip ke ruangan tamu atau keluar
rumah dan mendapat julukan "Anjungan Mengintai".
Material utama
sebuah Loteng adalah papan dari kayu keras seperti Merbau, yang kuat
meskipun lebih tipis dibandingkan Lantai. Potongan papan untuk loteng
juga lebih kecil dibandingkan lantai dan bertumpu pada rangka yang
dibuat dibawah atap.
3. Lobang AnginLobang
Angin yang lebih kita kenal sebagai Ventilasi merupakan bagian dari
rumah yang dibuat untuk mengalirkan udara baik dari dalam rumah keluar,
maupun dari luar rumah kedalam. Lobang angin pada rumah adat Melayu Riau
mengambil bentuk simetris seperti persegi delapan, enam, empat atau
lingkaran, bentuk simetris ini dipengaruhi oleh keyakinan agama Islam
yang dimiliki masyarakat Melayu. Lobang angin biasanya terdapat pada
bagian atas pintu atau jendela rumah.
Lobang Angin dibuat dari kayu sungkai, sama seperti yang dipergunakan untuk Pintu dan Jendela.
4. DindingDinding
rumah adat Melayu Riau tidak seperti rumah-rumah pada saat ini, dinding
rumah adat Melayu Riau pada zaman dahulu dibuat miring 20' hingga 30'.
Kemiringan ini secara teknis memberikan aerodinamika pada rumah-rumah
adat Melayu Riau yang terletak dipinggiran sungai dan laut yang berangin
cukup kencang. Atap rumah yang menjulang dan dinding yang miring
membelah angin keatas dan kebawah rumah, angin yang menuju atas rumah
dibuang ke langit dan bagian bawah terbuang lewat kolong rumah. Bentuk
ini juga diyakini terinspirasi dari kapal hal ini terbukti dengan hiasan
pada kaki dinding yang mirip perahu atau lancang.
Pada bagian rumah
tertentu seperti pada rumah Bubung Panjang, dinding dibuat sebatas bahu
orang duduk bersila. Dinding rumah direkatkan pada Jenang, dalam
merapatkan dinding bagian yang cekung dimasukkan kedalam bagian yang
lurus sehingga papan itu benar-benar tidak tembus cahaya atau angin.
Pada bangunan rumah adat bagi pemuka masyarakat digunakan teknik Lidah
Pian yakni penyusunan papan dengan papan yang lain saling bertemu rapat
dan berhimpit, menggunakan kayu keras dan tidak berserabut.
Khususnya
pada Rumah Lontik, dinding dibuat dua lapis, bagian dalam dan bagian
luar. Meskipun bagian luar rumah dindingnya miring, pada bagian dalam
tetap dibuat lurus, dinding-dinding tersebut tidak menggunakan rangka
dinding, tetapi diletakkan pada balok kayu yang di Purus tempat menanam
dinding dan disebut Jenang. Bagian depan balok tersebut dibuat
melengkung ke atas dan jika disambung diberi ukiran sehingga bentuknya
seperti perahu.
5. LantaiPada
bagian utama lantai bangunan rumah adat Melayu Riau dibuat sangat
rapat, sedangkan pada bagian dapur dibuat agak jarang. Lantai yang
terbuat dari kayu Nibung diletakkan pada bagian belakang rumah atau
kamar mandi dan tempat-tempat yang sering terkena air.
Lantai
sebagian besar dibuat dari kayu meranti, medang, atau punak. Susunannya
dibuat sejajar dengan Rasuk dan Melintang diatas Gelegar yang ujungnya
dibatasi oleh Bandul. Ketinggian lantai biasanya ditentukan berdasarkan
tinggi tiang rumah dengan rasio 20cm hingga 60cm.
Berbeda dengan rumah adat Melayu pada umumnya, rumah adat Pondok Pisang Sesikat menggunakan lantai yang terbuat dari kulit kayu.
6. BendulBendul
merupakan batas ruangan dan batas lantai yang terbuat dari kayu yang
tidak boleh bersambung karna berfungsi sebagai penguat dan pengikat pada
ujung-ujung lantai.
7. PintuPintu
disebut juga dengan Ambang atau Lawang. Pada bangunan rumah adat Melayu
Riau pintu dibagi menjadi dua jenis, yang pertama adalah pintu yang
menguhubungkan bagian dalam rumah dengan bagian luar rumah, yang kedua
adalah pintu yang menghubungkan bagian-bagian dalam rumah. Pintu yang
menghubungkan bagian kamar-kamar didalam rumah disebut pula dengan Pintu
Malim atau Pintu Curi, pintu ini berfungsi sebagai jalan yang digunakan
terutama jika ada tamu di ruang utama sehingga pengguna pintu tersebut
tidak perlu berlalu lalang didepan tamu. Pintu tersebut hanya dapat
digunakan oleh orang rumah atau keluarga terdekat.
Pintu merupakan
panel yang terbuat dari kayu pilihan dan diberi ornamen tertentu dan
terdapat Lobang Angin pada bagian atasnya, sedangkan pada bagian
bawahnya diberi kisi-kisi agar anak-anak tidak terjatuh.
8. JendelaDalam
bahasa Melayu, Jendela disebut Tingkap atau Pelinguk yang bentuknya
mirip dengan pintu dengan satu atau dua daun jendela yang diberi
kisi-kisi dan diberi panel setinggi 30cm hingga 40cm. Tinggi Jendela
dari Lantai biasanya dibuat berdasarkan ergonomi atau adat istiadat
daerah setempat.
9. TanggaTangga
rumah adat Melayu Riau biasanya dibuat berjumlah ganjil sesuai dengan
tinggi atau rendahnya rumah tersebut dari permukaan tanah, rumah yang
memiliki anak Tangga berjumlah 5 anak tangga merepresentasikan 5 rukun
Islam. Pada tangga terdapat tiang tangga yang berbentuk persegi atau
bulat yang biasanya dilengkapi dengan tangan Tangga dan diberi ornamen
berupa kisi-kisi larik atau Papan Tembus.
Tangga rumah adat Melayu
biasanya terletak pada samping rumah untuk menghindari pandangan
langsung menuju rumah, namun banyak pula rumah adat yang meletakkannya
di bagian depan rumah.
Anak tangga dan tangan tangga biasanya dibuat
dari kayu Nibung atau kayu keras lainnya yang tahan terhadap serangan
cuaca, terutama air karna pada saat air pasang atau musim penghujan yang
menyebabkan ketinggian air sungai bertambah, tangga akan sering
terendam oleh air.
Pada permulaan anak tangga dimulai dengan batu,
atau kayu keras yang disandingkan pada sebelah kanannya dengan Tempayan
(wadah) air untuk mencuci kaki bagi yang akan memasuki rumah.
10. TiangBentuk
Tiang rumah adat Melayu merepresentasikan berbagai filosofi,
tiang-tiang rumah adat tersebut biasanya berbentuk persegi 4, 6, 7, 8, 9
Persegi 4 dan 8 melambangkan 4 atau 8 penjuru angin, dengan harapan
rumah tersebut mendapatkan rezeki dan berkah dari berbagai penjuru,
persegi 6 melambangkan Rukun Iman dalam ajaran Islam dengan harapan
penghuni rumah tersebut dapat konsisten menjalankan perintah Agama,
sedangkan persegi 7 melambangkan 7 tingkatan Surga dan Neraka dan
persegi 9 disebut dengan Tiang Rangkaye yang menunjukkan kemampuan
ekonomi pemiliknya.
Banyaknya Tiang utama pada rumah menandakan
luasnya rumah tersebut, tiang-tiang biasanya dipancang dengan jarak 3
meter. 4 Tiang paling utama pada rumah adat Melayu Riau yang berbentuk
persegi panjang disebut Tiang Seri, sedangkan Tiang yang terletak
diantara Tiang Seri pada bagian depan rumah disebut Tiang Penghulu atau
Tiang Tuo, jumlah Tiang Utama pada dasarnya hanya 24 buah yang disusun 4
X 6. Jumlah selain Tiang Utama boleh ditentukan sendiri oleh yang
mendirikan rumah yang biasanya tetap berjumlah genap.
Setiap Tiang
rumah tidak boleh ada sambungan hingga keujung atas tiang dan
menggunakan kayu Kulim, Tembesu, Resak dan Punak yang merupakan
jenis-jenis Kayu Keras.
Tiang-tiang rumah biasanya memiliki panjang
dari tanah hingga lantai mulai dari 1 meter hingga 2.5 meter, ketinggian
lantai yang ditunjang oleh tiang-tiang ini merespon posisi rumah dari
bibir sungai atau laut, semakin dekat dengan laut atau sungai maka
semakin tinggi pula rumah tersebut. Rumah adat Melayu Riau yang bertiang
rendah disebut dengan rumah Bagan sedangkan rumah adat yang digunakan
untuk tempat tinggal sementara atau mencari ikan disebut dengan Rumah
Sudung-sudung. Pada Rumah Pondok Pisang Sesikat Tiang rumahnya juga
dibuat Tinggi dan digunakan untuk beristirahat sementara di Ladang,
rumah ini juga disebut dengan Pondok Ladang.
11. Tutup TiangTutup
tiang adalah pengunci Tiang-tiang penyangga rumah, Tutup Tiang yang
menghubungkan Tiang-Tiang Seri disebut Tutup Tiang Panjang, sedangkan
yang menghubungkan tiang-tiang lain disebut Tutup Tiang Pendek.
12. Kolong RumahKolong
rumah selain merupakan hasil dari respon arsitektural rumah adat Melayu
Riau terhadap kondisi geografisnya, juga memiliki berbagai fungsi
seperti tempat menyimpan berbagai stok seperti kayu bakar untuk memasak
pada musim panas. Selain itu pada saat sungai surut, kolong rumah juga
menjadi bengkel untuk memperbaiki dan menyimpan perahu atau sampan.
14. Rasuk dan GelegarRasuk
dapat dikatakan sebagai pasak, yang berbentuk persegi dan menembus
tiang, dibeberapa tempat di Riau disebut juga dengan nama Gelegar Jantan
atau Gelegar Induk, Gelegar juga disebut sebagai Rasuk Anak dan
dipasang melintang Rasuk Induk yang terbuat dari Tembusu, Kayu Resak
atau Kulim. Rasuk yang besar disebut dengan Rasuk Induk dan yang kecil
adalah Rasuk Anak.
15. JenangFungsi utama Jenang adalah penyambung dinding dan merekatkan Rasuk ke Tutup Tiang dan diruncing bulatkan ujungnya.
16. SentoKayu-kayu
yang menguhubungkan antar Jenang disebut Sento, atau disebut juga anak
Jenang yang ukurannya lebih kecil dari Jenang. Kedua ujung Sento
dipahatkan kedalam Jenang.
17. AlangAlang
merupakan kayu yang dipasang melintang diatas Tutup Tiang yang
berfungsi sebagai Gelegar Loteng atau balok tarik dibawah kuda-kuda dan
berukuran sama dengan Tutup Tiang atau lebih kecil sedikit.
18. KasauKasau adalah kaki kuda-kuda atap dan dapat difungsikan sebagai pengikat atap
19. Gulung-gulungGulung-gulung biasanya berbentuk persegi yang dipasang sejajar dengan tulang bubung dan diletakkan di atas Kasau.
20. Tulang BubungTulang
bubung merupakan kayu yang berbentuk persegi yang menjadi pertemuan
ujung Kasau dan ujung atau sebelah atas. Diatasnya dipasang Peraung
yaitu atap yang menjadi penutup ujung atap paling atas.
21. SingapSingap
juga disebut sebagai Teban Layer atau Bidai. Bagian ini dapat dibuat
bertingkat dan dapat pula difungsikan sebagai Lobang Angin. Pada bagian
yang menjorok luar disebut sebagai Teban Layer atau lantai Alang atau
Undan-undan.